Menu

Sistem Konversi Limbah Organik Karya Arky Gilang Wahab

Aktivitas saya beberapa hari belakangan tidak jauh berbeda dari  yang sebelumnya. Saya lebih banyak menghabiskan waktu di depan laptop untuk membaca dan menulis artikel.

Ketika sedang asik mencari referensi untuk tentang lingkungan, saya menemukan sebuah artikel tentang lingkungan yang sangat menurut saya menarik perhatian.

Pada artikel tersebut membahas seorang sosok yang memprakarsai Program Sistem Konversi Limbah Organik, yang bukan hanya berdampak terhadap lingkungan, tetapi juga berdampak langsung terhadap ketahanan pangan masyarakat, khususnya masyarakat yang di Desa Banjaranyar yang ada di Kabupaten Banyumas.

Ternyata sosok ini adalah salah seorang finalis SATU Indonesia Awards di bidang “Lingkungan” untuk tahun 2021 Sebuah Program Sistem Konversi Limbah Organik yang digunakannya untuk mengatasi masalah sampah organik adalah hasilnya. Yuk kenal lebih jauh dengan Arky Gilang Wahab

Siapakah Arky Gilang Wahab?

Arky Gilang Wahab merupakan pemuda asal Desa Banjaranyar, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Bersama adik iparnya, dia pun bertekad untuk menciptakan solusi bagi permasalahan lingkungan, berupa sampah di desanya. Ada permasalahan apa di desanya ? 

Sebenarnya klasik dan hampir setiap daerah ada. Namun, di wilayah Banyumas, khususnya di desa Banjaranyar, Kecamatan Sukaraja, sampah adalah salah satu masalah yang belum teratasi secara maksimal. Jadi permasalahannya adalah sampah.

Jadinya, sampah tidak hanya terlihat menumpuk di Tempat Pembuangan Sampah , tapi juga jadinya berserakan di pinggir jalan. Adanya sampah ini tentu saja sangat mengganggu pemandangan. Tidak hanya karena keberadaan sampah itu sendiri, tapi juga karena baunya yang tak sedap, serta risiko masalah kesehatan yang bisa ditimbulkannya.

Tertumpuknya sampah yang sangat mengganggu. Yang jadi penyebabnya adalah karena masih banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya memilah sampah organik dan sampah non-organik dari rumah.

Melihat permasalahan itu membuat Arky Gilang Wahab merasa terpanggil untuk ikut berperan serta mengatasi masalah tersebut di lingkungan tempat tinggalnya dengan caranya sendiri.

Dan, metode yang diterapkan oleh Arky Gilang Wahab untuk mengatasi masalah ini cukup unik, karena Arky memilih untuk membudidayakan maggot yang jadi solusinya.

Budi Daya Manggot

Pada akhirnya Arky menjatuhkan pilihan pada budidaya maggot karena, menurut Arky dalam waktu yang relatif singkat maggot bisa mengkonsumsi sampah organik dalam jumlah yang sangat besar. Seperti, 15 ribu larva maggot biasanya bisa memangkas antara 2-5 kg sampah organik per hari. 

Lalu, maggot tersebut digunakan oleh Arky untuk mengurai sampah organik. Akan tetapi sebelum sampah organik tersebut diurai dengan menggunakan maggot, sampah yang datang terlebih dahulu akan dipilih dan dipisahkan secara manual maupun dengan menggunakan mesin.

Bagaimana? unik benar kan pemikiran seorang Arky?  Dia juga memiliki mesin pemilah sampah yang  bisa digunakan untuk memilah sampah dengan kapasitas 3 sampai dengan 5 kubik per jam.

Jadi dengan memanfaatkan maggot, Arky bisa dapatkandua keuntungan. Yang ke-1, Arkybisa membantu mengatasi masalah sampah si lingkungannya, khususnya masalah sampah organik. Yang ke-2, maggot yang digunakan untuk mengurangi sampah organik tersebut bisa jadi  komoditi yang berharga.

Kenapa ?? Karena, maggot merupakan salah satu bahan pakan yang sering digunakan oleh peternak unggas atau petani ikan sebagai pakan alternatif. Sebenarnya hal ini tidak aneh, karena maggot memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. 

Selain sebagai alternatif pakan ternak dan ikan, maggot juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk alternatif untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Karena proteinnya tinggi, pupuk organik yang berasal dari maggot ini jauh lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan pupuk kimia.

Saat memulai usahanya, Arky hanya bermodalkan 5 gram maggot yang diberinya makan dari sampah organik. Dan di tahun 2021 silam, Arky mampu mengolah sekitar 5 ton sampah setiap hari yang berasal dari 72 instansi pemerintah serta dari 5500 rumah yang ada di Kecamatan Sukaraja dan Subang. Luar Biasa Bukan ??

Arky Sebagai Finalis “SATU Indonesia Award” 2021

Coba diukur dari jumlah sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat Banyumas setiap hari yang rata-rata mencapai 600 ton. Apa yang dilakukan oleh Arky untuk membantu mengatasi persoalan sampah memang terlihat masih kecil, karena ia hanya mampu mengolah sekitar 5 ton per hari dari total sampah tersebut.

Akan tetapi langkah nyata yang dilakukan oleh Arky bisa memberikan dampak yang signifikan, tidak hanya terhadap lingkungan di Banyumas, khususnya ada dua kecamatan yaitu Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Subang, dan juga juga berperan penting terhadap ekonomi masyarakat yang terlibat.

Karena peran Arky yang sangat signifikan terhadap pengelolaan sampah di lingkungan tempat tinggalnya, membuat PT Astra International Tbk dengan ajang SATU Indonesia Award lantas menetapkan Arky Gilang Wahab sebagai salah satu finalisnya.

memang penghargaan tersebut pantas diperoleh oleh Arky Gilang Wahab mengingat kontribusinya yang sangat besar terhadap lingkungan dan juga masyarakat.

Mengenal Program Sistem Konversi Limbah Organik bagi Ekonomi Masyarakat

Program Sistem Konversi Limbah Organik yang dibuat oleh Arky tidak hanya membantu masyarakat dan pemerintah daerah Banyumas dalam mengatasi masalah sampah, tapi juga turut andil dalam menciptakan ketahanan pangan di wilayah tersebut.

Walaupun Arky  mengaku belum merasakan dampak yang signifikan secara finansial dari usahanya ini, akan tetapi sebaliknya justru dirasakan oleh masyarakat. Terutama, oleh mereka yang terhimpun dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

Masyarakat merasakan manfaat yang terhimpun dalam KSM ini berasal dari penggunaan pupuk organik yang dihasilkan oleh Program System Konversi Limbah Organik binaan Arky Gilang Wahab.

Saya berharap dengan artikel tulisan ini bisa menginspirasi pembaca untuk berbuat sesuatu yang memiliki dampak positif untuk masyarakat maupun lingkungan sekitar, serta bangsa Indonesia. Walaupun mungkin terlihat seperti sesuatu yang tak berarti, tapi yakinlah, sekecil apapun tindakan positif yang kita lakukan, pasti bisa memberikan dampak besar bagi lingkungan, masyarakat Indonesia, atau bahkan masyarakat di seluruh dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *